Rezeki TAEBAH USAHA ERETAN

Selasa, 23 Februari 2021 01:55

Tidak adanya penyeberangan di Cakung Drain, tepatnya antara bawah jembatan layang Jl. CakungCilincing Rorotan sampai Rawamalang dimanfaatkan masyarakat untuk membuat penyeberangan secara mandiri. Setidaknya ada 20 penjual jasa penyeberangan yang sering disebut sebagai “eretan” di sepanjang kali yang di salah satu sisinya berdiri perkampungan padat itu. Mereka menyasar para pekerja di KBN dan sekitarnya yang mau menuju arah timur, seperti kampung Bojong, Rorotan, Malaka, Sarang Bango, Perumahan Nusa Kirana, Rorotan Nagrak atau Harapan Indah dan sejumlah daerah di Bekasi lebih singkat. Kemacetan parah yang sering terjadi mulai gerbang tol Rorotan (seberang KBN) sampai U-turn dan persimpangan Babek Rorotan membuat jasa eretan ini seperti alternatif yang dibutuhkan para pekerja. Kepadatan lalu lintas yang biasanya terjadi karena banyaknya antrian truk-truk kontainer yang keluar-masuk depo itu merupakan rezeki tersendiri bagi para penjual jasa ini. Belakangan tak hanya saat macet saja masyarakat sekitar menggunakan eretan ini. Saat lalu lintas di Jl. Raya Cilincing-Cakung sisi timur lancar, banyak juga yang ingin mempersingkat waktu dengan menggunakan eretan. Selain mempersingkat waktu, ongkosnya juga murah. Sekali melintas cukup sisihkan uang receh Rp2.000. Taebah, salah satu penjual jasa eretan di lingkungan tersebut mengaku ruas jalan arah Babek Rorotan macet parah, di saat itu ia bisa meraup rezeki lebih. Para pekerja yang tinggal di sebelah timur jalan Cakung Cilincing tak mau terjebak kemacetan dan ramai-ramai memilih jalan pintas naik eretan. “Kalau lagi rame biasanya sehari bisa dapat Rp300-400 ribu,” katanya. Namun, kalau lagi sepi kadang hanya tersisa sedikit setelah dipotong pegawai dan biaya lain-lain. Jam-jam pulang kantor antara pukul 16.00-17.30 WIB adalah waktu-waktu kemacetan parah biasanya terjadi. Itu artinya akan ada kocek berlebih untuk pemilik eretan. Taebah kini bersama suami dan salah satu asistennya menggantungkan hidup dari usaha ini. Ia memilih usaha ini karena relatif lebih menguntungkan ketimbang usaha toko kelontong yang selama kurang lebih 25 tahun tekuni bersama suami di daerah Rorotan. Setelah ada sedikit tabungan wanita kelahiran Brebes, 44 tahun itu bersama suami, Hidayatul Furqon mencoba mengubah nasib dengan membeli eretan yang kebetulan ditawarkan seharga Rp30 juta. Sejak punya eretan, tiga tahun lalu, Taebah secara total menggeluti usaha ini. Ia dibantu Kong Daeng, teknisi yang dianggap sebagai ‘MacGyver’ eretannya. Kondisi saat beli ketika itu masih kecil, tak sebesar dan sebagus sekarang. Waktu itu cuma asal bisa buat menyeberangkan pelanggan. Kemudian Taebah coba perbaiki dan diperbesar agar muatannya bisa lebih banyak. Dua sisi tambatan juga diperbesar agar lebih aman dan nyaman bagi penumpang. Di atas eretan juga tersedia fasilitas hiburan audio dan televisi. Juga menjual makanan dan minuman yang bisa dibeli para penumpang. Namun, sebagai penjual jasa selain nyaman, Taebah ingin eretannya aman. “Bagaimanapun keamanan dan kenyamanan sangat penting. Kita kan jualan jasa,” kata Taebah. Diakuinya, untuk perbaikan itu sebagian ia menggunakan bantuan dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) KBN. Sekarang eretan milik Taebah termasuk yang besar, setidaknya bila dibandingkan dengan para pesaingnya yang sama-sama menjual jasa di atas kali Cakung Drain. Untuk sekali jalan, bisa muat sampai 15-20 sepeda motor bersama penumpangnya. Kong Daeng, adalah yang membuat eretan ini jadi besar dan nyaman. Tali penghubung eretan sengaja dibuat dari baja sling ukuran besar, agar dalam kondisi apa pun tetap aman. Bahkan, saat Cakung Drain dan sekitarnya dilanda banjir besar, eretan tidak hanyut terbawa arus. “Saya sudah lebih dari 30 tahun nyari makan di atas gethek ini. Waktu itu jalan Cakung Cilincing boleh dikata masih setapak dan sekitaran sini yang ada hanya sawah dan kebon,” kata Kong Daeng. Menurut Kong Daeng, penyeberangan ini sudah ada sejak lama. Sejak dulu masyarakat di sebelah timur Cakung Drain ini juga sudah terbiasa menggunakan eretan sebagai jalan pintas. “Kalau belakangan ini banyak yang menjual jasa ini karena kemacetan, sebenarnya lebih karena peluang usaha,” katanya. Pada masa-masa sebelum pandemi, apalagi sebelum banyak pabrik di KBN merelokasi ke daerah-daerah, menurut Taebah, pendapatan dari usaha eretan ini tidak boleh dianggap sepele. “Sekarang sih sudah jauh berkurang,” tegasnya. Meski demikian, perlu dicari peluang baru untuk menambah pendapatan. Salah satunya yang direncanakan Taebah yakni menyediakan eretan khusus mobil yang memang belum ada di kawasan ini. Untuk usaha ini setidaknya butuh biaya kurang lebih 50 jutaan. Ia berniat meminta bantuan pada PKBL KBN, namun beberapa kali mengajukan yang disetujui sangat jauh dari harapan. Padahal, aset dan potensi usahanya cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari angsuran tiap bulan yang tidak pernah terlambat. Di saat Jalan Raya antara Cilincing-Cakung sampai Babek Rorotan macet, Taebah memperkirakan banyak pengguna mobil arah timur akan memilih menyeberang dengan eretan yang lebih cepat dan praktis. Dengan biaya penyeberangan Rp10.000/mobil diperkirakan akan ada tambahan penghasilan yang lebih baik lagi.


 
Telah dikunjungi sebanyak : 529 kali
Share :
;